SARANA DAN PRASARANA PSIKODIAGNOSTIK

 
09.56
Dalam melaksanakan pemeriksaan psikologis, misalnya melakukan pengetesan klien, maka diperlukan sarana melakukan pengetesan klien, maka diperlukan sarana (alat-alat) ataupun prasarana untuk klien dan psikolog. Di antara sarana dan prasarana psikodiagnostik adalah seperti diuraikan di bawah ini.

Sarana psikodiagnostik adalah tes psikologis. Apakah psikologis itu? Penulis berpendapat, bahwa tes psikologis sebut saja tes adalah tugas atau pernyataan-pernyataan yang telah dibakukan (distandar) dan harus dikerjakan atau dijawab oleh individu yang dites, dengan cara-cara tertentu yang sedikit banyak telah dibakukan juga. Bahkan cara-cara pemberian tes - administrasi tes – memakai pedoman yang telah pasti, jadi telah dibakukan juga, yang disebut pedoman pengetesan, atau disebut buku manual tes. Misalnya, tes WAIS, tes Binet – Simon, tes Rorschach, mempunyai pedoman sendiri-sendiri untuk melaksanakan pengetesannya pada individu yang bersangkutan. Untuk mendalami pengertian tes yang penulis sajikan kutipan pendapat ahli-ahli luar negeri. Misalnya saja:

  1. Anne Anastasi: “A psychological test essentially an objective and standardized measure of netive of sample behavior” (Anastasi, 1964, p. 21).
  2. Otto Klinenberg: “Psychological test were perfect instruments for the measurement of native or innate difference in ability (Klinenberg, 1951, p 13).
  3. Cronbach: “A test a systematic prossedure for comparing the behavior of two or more person (L.J Cronbach, 1960, p. 21).
  4. Florence L. Goodenough: “A test is a task or series of tasks given to individual or groups with the purpose of asuertaining their relative proficiency as compared to each other or to standard previously set up on the basis of the performance of similar groups (F.L Goodenough, 1949, p. 568).

mengenai macam-macam tes dapat dibagi sebagai berikut:

menurut cara menyelesaikan tugas dalam tes yang bersangkutan dapar dibedakan menjadi dua macam tes yakni:

  • tes berbuat atau performance test, misalnya tes lari cepat, tes lompat jauh, maka individu yang dites harus sungguh-sungguh lari, atau lompat jauh. Dalam tes WAIS ada tes merancang balok, merakit atau asembel.

  • Tes verbal, yakni yang penyelesainnya dengan memakai bahasa lisan atau tertulis. Pada tes WAIS enam subtes yang pertama berupa tes verbal.

Menurut aspek-aspek kepribadian atau fungsi jiwa yang di tes, maka banyak macam tesnya. Misalnya saja:

    • tes kecerdasan (intelegensi): tes Binet-Simon, tes WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale); tes WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children); tes SPM (Standard Progressive Mertice) dan J. Raven.
    • Tes bakar, misalnya DAT (Differential Aptitude Test dengan 8 subtes); GATB (General Apititude Test Battery dengan 12 subtes); FACT (Flanangan Aptitude Classification Testdengan 14 subtes).
    • Tes minat,misalnya saja:
      • SVIB (Strong Vocation Interest Blank) terbit tahun 1927, yang sekarang terkenal dengan nama Strong-Campbell Interest Inventory (SCII).
      • KPS (Kuder Preference Survey) yang terbit tahun 1939. dalam buku Mental Measurement Yearbook tahun 1939, telah disebut ada 15 macam tes minat. Sedangkan pada penerapan buku tahunan tersebut yang belakangan disebutkan sudah ada 80 macam tes minat.
      • KOIS (Kuder Occupation Interest Survey), terbit tahun 1939.
      • MVII (Minnesota Vocation Interest Inventory) dengan dasar 9 macam minat, misalnya minat-minat mekanik, elektronik, pelayanan makanan (catering).
      • CAI (Career Assessment Inventory).

Ketiga macam tes aspek kepribadian tersebut diatas tes-tes kecerdasan, bakat dan minat-biasa disebut tes kognitif.

    • Tes kepribadian non kognitif, yang biasa disebut juga dengan nama tes proyeksi. Misalnya:
  • Tes Rorschach, atau tes bercak-bercak tinta dari H. Rorschach.
  • TAT (Thematic Apperception Test) dari Murray.
  • CAT (Children Apperception Test).
  • Tes grafis, misalnya tes Baum, tes Wartegg.


    • Skala sikap, termasuk alat ukur kepribadian. Misalnya, Skala Bogardus, Sosiometri dari Moreno, EPPS (Edward Preference Personality Scale-Skala Preferensi Kepribadian dari Edward). Sosiometri dari Moreno dapat untuk mengukur keakraban hubungan sosial serta dapat skala sikap dari Bogardus terkenal untuk mengukur ras.

Prasarana pengetesan: pada umumnya untuk melaksanakan pengetesan massal tertulis (tes verbal) memerlukan ruangan yang cukup luas dengan meja-kursinya. Penerangan dan ventilasi harus baik. Selain itu juga tempat ruangan pengetesan harus baik. Selain itu juga tempat ruangan pengetesan harus jauh dari keramaian dan kesibukan yang dapat mengganggu subjek yang sedang mengerjakan tes. Ruangan juga harus bersih dan sehat. Jika pengetesan melebihi kelas biasa, misalnya dalam suatu aula atau auditorium maka perlu memakai pengeras suara, suaranya. Untuk tes individual memang cukup memakai ruangan sebesar kantor konselor (pembimbing). Ruang Laboratorium Psikologi bisanya dilengkapi dengan ruang pengetesan.

Alat-alat pelengkap lainnya dalam pengetesan, misalnya stop wath, blangko-blangko daftar skor, tabulasi, kerangka analisis, rumus-rumus dan tabel-tabel statistikjuga perlu disiapkan. Dalam Buku Pedoman (manual) tes-tes standar, misalnya tes WAIS, tes Binet-Simon, sudah dilengkapi dengan kunci jawaban dan daftar norma hasilnya. Maka buku tersebut harus dipelajari benar-benar oleh para calon psikologi. Jika memerlukan asisten pengetesan, maka harus disiapkan tenaganya, agar administrasi tes dapat berjalan lancar.

Sejarah Psikodiagnostik

Istilah diagnostik atau assesment sudah dikenal sejak dahulu meskipun dengan cara-cara awam. Misalnya raja-raja zaman dahulu mempunyai cara untuk menyeleksi tentara, yang dibiarkan berada dalam keadaan haus, dibawa ke suatu telaga, kemudian diobservasi bagaimana caranya mereka minum; yang minum langsung tanpa mengambil air ditangannya itulah yang dianggap paling cocok untuk perang. Cara-cara observasi, melihat data nyata, maupun wawancara terhadap orang untuk melakukan penilaian kesesuaian seseorang untuk suatu tugas merupakan “metode asesmen/ psikodiagnostik”.
Menurut sejarahnya, psikodiagnostik itu lahir dari kebutuhan klinis. Penggunaan istilah psikodiagnostik secara eksplisit mula-mula muncul ketika Herman Rorschach menerbitkan hasil penyelidikan-penyelidikannya dengan metode research dalam lapangan psikiatis dengan judul Psikodiagnostik. Metode Rorsarch ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kelainan-kelainan psikis para penderita penyakit jiwa. Sejak saat inilah istilah psikodiagnostik dipopulerkan hingga saat ini.
Minat awal pada tes psikologi terjadi pada abad ke-19 yang ditandai dengan adanya pengklasifikasian antara orang gila (insane) dan orang terbelakang mental (mentally retarded). Esquirol, dokter asal Prancis menyatakan dalam bukunya bahwa orang gila menampilkan gangguan-gangguan emosi yang kadang kala disertai oleh penurunan daya intelektual dari tingkat yang semula normal; sedangkan orang terbelakang mental pada dasarnya ditandai oleh adanya kerusakan intelektual sejak lahir atau semasa kecil.
Francis Galton adalah orang yang bertanggung jawab atas peluncuran gerakan tes. Minat Galton terhadap hereditas manusialah yang menyebabkan Galton mengadakan penelitian-penelitian untuk mengukur ciri-ciri orang dan merancang alat tes-tes sederhana. Selain itu, Galton juga merintis penerapan metode skala-pemeringkatan kuesioner, mengembangkan metode statistik untuk menganalisis data tentang perbedaan individu, dan juga penggunaan teknik asosiasi bebas yang selanjutnya diterapkan tujuan.
Tes psikologi pertama kali digunakan oleh McKeen Cattel pada tahun1890.Pada saat itu ia menggunakan tes mental berdasarkan orientasi fisik semata untuk menguji intelegensi seseorang (Markam, 2005).
Binet dan rekan-rekan sekerjanya juga memainkan peran yang tak kalah pentingnya dalam dunia psikodiagnostik. Terbukti dari waktu yang telah dicurahkan selama bertahun-tahun untuk meneliti tentang cara pengukuran kecerdasan atau intelegensi. Penelitian tersebut menghasilkan skala pertama (1905) dan diberi nama skala Binet-Simon, skala ini mengalami revisi hingga 3 kali. Revisi akhir skala ini dilakukan oleh Goddard (revisi Goddard) dan sangat berpengaruh dalam penerimaan tes intelegensi oleh kalangan profesi medis. Revisi ini digunakan dalam rangka mendiagnosis dan mengklasifikasikan orang-orang yang terbelakang mental. Disisi lain, Stanford-Binet yang dikembangkan oleh L.M Terman dan kolega-koleganya di Stanford University juga merupakan instrumen yang lebih luas dan lebih baik secara psikometris. Dalam tes inilah istilah IQ (Intellegent Quotient) mulai diperkenalkan.
 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates